Entri Populer

Selasa, 08 Februari 2011

PENELITIAN MMD (Musyawarah Madrasah Diniyah) di PP. Khozinatul 'Ulum Blora


KATA PENGANTAR
Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak memang akan sulit menyelesaikan penelitian ini. Sayang sekali tidak mungkin semua orang yang membantu dengan penelitian bisa disebut satu per satu. Maka, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada:
-          Gus H. A. Labib Hilmy, pencetus program MMD (Majlis Musyawarah Diniyah)

-          Organisasi kepengurusan MMD (Majlis Musyawarah Diniyah) yang membantu saya dalam penelitian ini.

-          Teman – teman Pengurus yang ada di pondok pesantren Khozinatul ‘Ulum Blora yang ikut berpartisipasi dalam kegiatan MMD ini.

-          Semua santri Pondok Pesantren Khozinatul ‘Ulum yang ikut membantu saya sehingga penelitian yang saya lakukan bisa berjalan dengan lancar.

Saya mengakui bahwa ada banyak kekurangan dalam penelitian ini, akan tetapi mudah-mudahan penelitian ini dapat bermanfaat bagi yang membaca terlebih bagi saya sendiri. Amien.

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………….
1
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………….
2
BAB 1
Pendahuluan …………………………………………………………..
3

I
Latar belakang …………………………………………………..
3

II
Rumusan Masalah penelitian .......................................
4

III
Tujuan dan kegunaan ...................................................
4
BAB 2
Pembahasan ……………………………………………………………
5

A
Sejarah lahirnya program MMD  dan yang melatar belakangi berdirinya program MMD ............................

5

B
Devinisi MMD ...............................................................
5

C
Program – Program MMD ……………………………………
6

D
Respon Siswa/Santri Terhadap Munculnya Program MMD ............................................................................
6
BAB 3
Penutup …………………………………………………………………
A.    Kesimpulan ………………………………………………………
7
7
BAB 4
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………..
8


BAB 1
Pendahuluan
I)      Latar Belakang
“Pondok pesantren” ketika kita mendengar nama itu, dalam benak kita pasti langsung terbayang sebuah tempat atau bangunan yang didalamnya dihuni oleh kebanyakan kaum muda dan mudi yang sedang giat belajar guna memperdalam pengetahuan masalah agama.
Sepintas bayangan ini tidak salah, karena pada dasarnya fungsi dari pondok pesantren itu adalah tempat untuk menimba dan memperdalam ilmu pengetahuan dalam masalah syari’at. Akan tetapi kalau kita teliti lebih jauh dalam kehidupan pondok pesantren saat ini kita akan mengetahui ada sesuatu yang banyak perubahan dalam pesantren.
Pesantren yang kita ketahui sebagai tempat bagi orang – orang yang dahaga akan pengetahuan masalah agama, kini sedikit demi sedikit mulai berubah menjadi tempat pembenahan moral.
Memang, sebagian besar masyarakat kita masih menganggap pondok pesantren sebagai tempat untuk memperdalam masalah ilmu-ilmu syari’at, akan tetapi sudah banyak juga dari masyarakat kita yang menyekolahkan putra – putri mereka di pesantren, karena memang mereka merasa sudah tidak sanggup lagi untuk memperbaiki moral anak-anak mereka dan pondok pesantrenlah yang dijadikan sebagai pembenahan moral-moral bagi putra-putri mereka.
Maka tidak heran jika sekarang ini pengurus atau pengelola pondok pesantren harus bekerja lebih ekstra dalam mendidik para siswa/santri, karena tanpa kita sadari masalah seperti ini bisa mempengaruhi ketertiban dan kedisiplinan siswa/santri dalam memperdalam ilmu agama lingkungan pondok pesantren, dengan berbagai upaya dilakukan oleh pengelola pesantren demi untuk memperbaiki pengetahuan dan moral para siswa/santri, mulai dari kedisiplinan, peningkatan keamanan, dan pendidikan. Berbagai program dicoba, dan sekarang muncul program yang dinamakan Majlis Musyawarah Diniyah (MMD) yang belum lama ini dengan harapan semua siswa/santri bisa memahami lebih dalam semua pelajaran yang di ajarkan dalam pesantren ini, yaitu memahami kitab-kitab salaf yang membahas tentang ilmu-ilmu agama.

II)   Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas saya menemukan sesuatu yang saya anggap penting untuk saya tulis, yaitu :
1.      Bagaimana sejarah dan yang melatar belakangi munculnya program MMD (Majlis Musyawarah Diniyah)?
2.      Apa definisi dari MMD (Majlis Musyawarah Diniyah)?
3.      Program apa saja yang ada di dalam MMD (Majlis Musyawarah Diniyah)?
4.      Bagaimana respon para siswa/santri atas munculnya MMD (Majlis Musyawarah Diniyah)?

III)     Tujuan dan kegunaan penelitian
Memang pada dasarnya pondok pesantren zaman modern seperti sekarang ini sangatlah butuh perhatian yang sangat ekstra, karena dilihat dari pemahaman para siswa/ santri tehadap kitab – kitab berbeda dengan pemahaman siswa/santri terdahulu, apalagi zaman medern ini disertai dengan majunya ilmu tekhnologi yang sangat pesat. Maka dari itu tidak sedikit para pembimbing, ustadz, bahkan kiyai untuk memperjuangkan siswa-siswa/santri-santrinya agar benar-benar menjadi Putra Putri yang sholih dan sholihah seperti yang diharapkan orang tua. Dengan berbagai upaya dilakukan seperti program MMD (Majlis Musyawarah Diniyah) yang di adakan dalam Pondok Pesantren Khozinatul ’Ulum Blora saat ini, Dengan tujuan siswa/santri bisa memahami kitab-kitab salaf yang membahas tentang ilmu-ilmu agama. 
Dan semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca terutama kapada penulis sendiri. Amien.....!!!


BAB 2
Pembahasan
A. Sejarah lahirnya program MMD (Majlis Musyawarah Diniyah) dan yang melatar belakangi berdirinya program MMD (Majlis Musyawarah Diniyah)
Berdasarkan hasil wawancara yang saya lakukan dengan Gus H. A. Labib Hilmy [1] salah Satu putra dari pengasuh Pondok Pesantren Khozinatul ‘Ulum Blora, yaitu K.H. Muharror Ali Al-Hafidz, Gus H. A. Labib Hilmy  inilah yang mencetuskan program MMD tersebut, beliau mengatakan lahirnya program MMD ini berawal dari evaluasi guru Madrasah Diniyah bahwa kemampuan siswa/santri dalam memahami pelajaran diniyah khususnya memahami kitab-kitab salafi yang di ajarkan di dalam pondok pesantren Khozinatul ’Ulum dirasa masih kurang, apalagi guru-guru Madrasah rata – rata berdomisili diluar pondok, jadi untuk meng-handle para siswa/santri sangatlah terbatas, dari sinilah beliau mempunya inisiatif untuk memngembangkan pemahaman para siswa/santri yang diwujudkan dalam suatu program yang dinamakan MMD (Majlis Musyawarah Diniyah).

B. Devinisi MMD (Majlis Musyawarah Diniyah).
Devinisi MMD Gus H. A. Labib Hilmy, beliau mengatakan bahwa MMD tersebut mencakup tiga hal : Pertama : MMD adalah sebuah perkumpulan Madrasah yang tujuannya untuk meng-Handle kegiatan – kegiatan yang berhubungan dengan Madrasah. Kedua : MMD adalah merupakan sarana pembelajaran untuk santri dalam melaksanakan roda organisasi. Ketiga : MMD merupakan sarana yang mempermudah kinerja guru untuk memaksimalkan pemahaman santri. Dan dari unsur-unsur keorganisasian beliau mengambil mulai dari dewan guru/ustadz, siswa/santri madrasah diniyah secara keseluruhan mulai dari Siswa/santri Diniyah Awwaliyah, Wustho, dan Ulya kemudian pengurus MMD itu sendiri.
Sistim yang ada dalam organisasi MMD tersebut adalah yang mana kegiatan tersebut mampu memudahkan para siswa untuk lebih memahami pelajaran yang telah di ajarkan oleh guru di Madrasah. Jadi kegiatan ini sifatnya mengulangi pelajaran secara bersama-sama dengan target siswa/santri tadi mampu lebih mendalami materi pelajaran yang sudah diajarkan.

C. Program – program MMD.
Gus H. A. Labib Hilmy mengatakan program MMD ini mempunyai dua sasaran, pertama, keseimbangan ilmu duniawi dan ukhrowi. Kedua, mempererat itraksi para siswa. Untuk program pengembangan kita juga harus melihat kondisi. Akan tetapi, inti pengembangan program MMD ini berpegang teguh pada sesuatu yang dianggap baik dan apa saja yang dirasa lebih baik, dan ada tiga hal yang diusahakan untuk program MMD kedepan yaitu :
-          Pendalaman agama
-          Keilmuan, dan
-          Pendekatan multimedia

D. Respon Siswa/Santri Terhadap Munculnya Program MMD
Wahana program pesantren yang mencakup bentuk sistem Musyawarah Diniyah dengan organisasi yang sama persis dengan organisai-organisai sekolah formal, itulah yang dinamakan MMD (Majlis Musyawarah Diniyah).
Gus H. A. Labib Hilmy  menjelaskan bahwa dalam jangka waktu beberapa bulan bisa menyimpulkan bahwa munculnya program MMD membawa dampak yang positif bagi para siswa/santri, faktanya dengan lahirnya program tersebut, pembelajaran para santri jadi lebih efektif dibandingkan dengan periode- periode sebelumnya. Tapi belum tahu bagaimana nanti kedepannya, kita berdoa saja semoga program ini bisa terus menjadi inspirasi kita sebagi santri yang terus menerus belajar. Seperti yang diutarakan dari salah satu santri, ”Melalui MMD-lah kami dituntut bebas dan aktif. Dengan forum MMD santri yang tidak sekolah Formal bisa mengeksfresikan ide – ide dan bakatnya melalui Majalah Dinding (Mading) dan Buletin”[2]. Dia sangat terinsfirasi dengan diadakannya program MMD ini, walaupun dia tidak sekolah formal dia bisa mengeksfresikan ide – ide dan bakat – bakat yang dia miliki. Memang ada juga santri yang malas karena mungkin dia marasa tertekan dengan banyaknya kegiatan dalam program MMD ini, ”Kalu malas sih perna, karena biasanya setelah sepulangnya sekolah Diniyah baru saja istirahat sebentar langsung ada BEL  tanda kegiatan MMD dimulai, yang ada males, ngantuk dan capek”[3]. Program ini dilaksanakan setelah sekolah Diniyah Awwaliyah pulang tepatnya pukul 21.00 s/d 22.00 WIB. Tapi banyak santri yang tidak terbebani dengan munculnya Program MMD ini karena mereka bisa mengulang pelajaran yang sudah diberikan oleh Asatidz diwaktu sekolah Diniyah, dan mereka bisa bebas bertanya kepada pembimbing MMD dari keterangan yang belum jelas dan belum faham yang disampaikan oleh asatidz di waktu sekolah diniyah.

BAB 3
Penutup
Kesimpulan
MMD (Majlis Musyawarah Diniyah) sangatlah efisien sebagai metode pembelajaran para siswa/santri, walaupun terkadang ada yang malas, capek, dan ngantuk. Tetepi mereka bisa lebih faham akan ilmu yang disampaikan oleh Asatidz, karena kegiatan ini sistimnya mengulang pelajaran yang telah di ajarkan oleh Asatidz di sekolah Diniyah. Dan juga santri bisa belajar kedisiplinan,  dan aktif dalam segala hal.

BAB 3
DAFTAR PUSTAKA

H. Hilmy, Labib Gus. 3 Juli 2010. Hasil Wawancara langsung. Pon-Pes Khozinatul ’Ulum Blora : Salah satu Putra dari KH. Muharror Ali.
Azkiya, Lailatul. 5 Juli 2010. Hasil Wawancara langsung. Pon-Pes Khozinatul ’Ulum Blora : salah satu santri putri Pon-Pes Khozinatul ’Ulum Blora
Hasanah, Rohisatul. 5 Juli 2010. Hasil Wawancara langsung. Pon-Pes Khozinatul ’Ulum Blora : salah satu santri putri Pon-Pes Khozinatul ’Ulum Blora


[1] Gus H. A. Labib Hilmy adalah putra kedua dari delapan bersaudara
[2] Lailatul azkiya’ : salah satu santri putri pon-pes khozinatul ‘Ulum blora, berasal dari Doplang
[3] Rohisatul Hasanah : Juga salah satu santri putri Khozinatul ’Ulum Blora, berasal dari Grobogan Pwd

1 komentar: